Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Sejarah


Kuswara, tahun 2013 masih tercatat sebagai mahasiswa di STIA KH. Khez Muttaqien, mengamati kehidupan sosial di kampungnya, Dusun Legokbarong. "Penelitian" dilanjutkan dengan menggandeng Solihin, seorang mittinger lokal. Berdua melakukan komunikasi dengan masyarakat, dengan cara melakukan obrolan-obrolan ringan untuk menggali permasalahan yang ada.

Hasil "penelitian" menyimpulkan bahwa di Dusun Legokbarong terdapat beberapa permasalahan, diantaranya:

  1. Mayoritas warga adalah petani, baik sebagai penggarap, buruh atau pemilik lahan.
  2. Tidak ada forum/wadah yang menaungi secara khusus yang berkaitan dengan pertanian.
  3. Petani tidak mendapatkan kemudahan akses untuk berhubungan dengan dinas terkait.
  4. Petani tidak mendapatkan fasilitas pupuk dan benih padi bersubsidi serta informasi tentang program pemerintah mengenai pertanian.

Diputuskan oleh Kuswara dan Solihin sebuah opsi solusi, bahwa di Dusun Legokbarong harus ada sebuah forum/wadah yang bisa menjadi tempat komunikasi antar petani atau sebagai penghubung antara petani dengan seluruh stokeholder. Maka untuk menyusun konsep, Beliau berdua mengajak Enjang dan Egi.

Hasil keputusan rembug empat orang tersebut adalah membentuk sebuah kelompok tani, yang oleh Kuswara dinamai Barong Mulya, gabungan antara Dusun LegokBARONG dan Desa PusakaMULYA. Dikemudian hari dilaksanakan pembentukan awal bersama para petani, serta pembentukan resmi antara para petani, Pemerintah Desa Pusakamulya dan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kiarapedes.