Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Nikmatnya hasil tani, bukan hasil korupsi


Barmoel - Sebuah postingan di media sosial kadang membuat kita muak. Namun ada juga postingan sederhana yang sangat berkesan. Ya, tulisan sederhana kadang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Seperti postingan di sebuah fanspage Facebook ini, yang berisi hanya dua kalimat saja, dengan lampiran sebuah foto sawah. Pertama kalimat salam.

"salam pertanian Kab. Luwu Sulawesi Selatan,"

Kedua adalah pernyataan inti, dikatakan kerjaan petani tidak nyaman jika dibandingkan dengan kerja di kantor. Tetapi memiliki kelebihan, kerja tani hasilnya nikmat dan bukan hasil sebuah kecurangan.

"kerjaannya tak senyaman kerjaannya org kantoran, tpi soal hasil tak kalah nikmatnya. real bukan hasil korupsi,"

Memang sebetulnya relatif, pekerjaan sebagai petani masih menyisakan peluang untuk curang, meskipun bentuknya bukan korupsi.

Sebagai petani, penulis juga menyaksikan, kecurangan seperti 'membobol' saluran air ke sawah orang lain masih ada oknum petani yang melakukan. Penulis yakin, itu adalah kecurangan, karena sebelumnya sudah ada kesepakatan dalam pembagian air diantara para petani.

Tapi ya, penulis juga sependapat dengan postingan di Facebook tersebut. Pertama dikuatkan oleh doktrin dari ibu penulis sendiri, beliau berpendapat jika bercocok tanam masuk kategori 'kasab' paling aman.

Dikuatkan lagi oleh kawan penulis, namanya Hasan Sidik, saat penulis undang Beliau untuk mengisi materi dalam pertemuan rutin Kelompok Tani Barong Mulya. Beliau mengatakan, salah satu usaha paling halal adalah bertani.

Hasan Sidik juga memberikan dasar dari pendapatnya tersebut, yaitu dalil-dalil dari Al-Qur'an, Hadits dan pengalaman Beliau sendiri yang memang telah menjadi petani sejak usia dini.

Kesimpulannya, bertani adalah baik bagi siapapun. Karena relatif bisa diusahakan halal, tangguh dan nikmat!

Posting Komentar untuk "Nikmatnya hasil tani, bukan hasil korupsi"