Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Ular bungka di pohon kopi

Ular bungka
Foto ular bungka di pohon kopi
Barmoel - Hati-hati jika sedang memetik atau pemangkasan pohon kopi, ular berbisa yang sangat berbahaya kadang berdiam di situ. Kaya sore ini, lagi pangkas tunas-tunas air, ular bungka hampir tak sengaja dipegang. Koko yang lagi penyemprotan pupuk, langsung ngajak pulang.

Ular memang menakutkan yah? Bagi yang seneng mainin ular mungkin lain cerita. Ular bungka ini sering disebut Ular Bangkai Laut atau Ular Majapait atau Tarihu atau Ulah Sanggit.

Memiliki nama ilmiah 'trimeresurus albolabris'. Nama lainnya banyak, tergantung daerahnya.

Ular bungka
Ular bungka
Pada dasarnya ular bungka ini adalah hewan nokturnal, aktif di malam hari. Geraknya lambat, tapi kalo keganggu atau terancam, bisa bereaksi secepat kilat menyerang. Oray bungka ini adalah viper yang heuuuuu...gigitannya beracun!

Ular bungka, berbeda nama di setiap daerah

Ular bangkai laut biasa juga dikenal dengan sebutan viper Hijau adalah sejenis ular berbisa yang berbahaya. Memiliki nama ilmiah Trimeresurus albolabris, ular ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti oray bungka, oray majapait (Sd.), ula bangka-laut atau ula gadung luwuk (Jw.), ulah sanggit (Lombok), Sawa tarihu (Bima Dompu), dan lain-lain.

Dalam bahasa Inggris disebut dengan nama white-lipped tree viper, white-lipped pit-viper, merujuk pada bibirnya yang berwarna keputih-putihan, atau bamboo pit-viper karena kebiasaannya berada di rumpun bambu.

Ular ini juga dinamai ular hijau karena warna tubuhnya. Namun penamaan ini bisa menyesatkan, karena cukup banyak jenis-jenis ular pohon yang berwarna hijau, seperti halnya ular pucuk (Ahaetulla spp.) dan ular bajing (Gonyosoma oxycephalum) yang tidak berbahaya.

Bisa (Racun) Ular Bungka

Ular bangkai laut termasuk ular yang agresif, mudah merasa terganggu dan lekas menggigit. Ular ini merupakan penyumbang kasus gigitan ular terbanyak, yakni sekitar 50% kasus di Indonesia (Kawamura dkk. 1975, seperti dikutip dalam David and Vogel, 1997). 2,4% di antaranya berakibat fatal.

Menurut pengalaman, ular ini biasanya menggigit para pencari kayu bakar, pencari rumput atau gembala yang tengah berjalan di hutan. Keyakinan orang-orang desa di Dompu, Sumbawa, ular ini menggigit sebab merasa terganggu.

Ketika serombongan orang lalu di hutan, orang pertama yang lewat dan secara tak sengaja menyenggol dahan tempat tidur ular tarihu ini biasanya selamat, tak digigit. Ular itu hanya terbangun dan berwaspada. Orang kedua atau ketigalah yang biasanya tergigit.

Seperti umumnya ular bandotan (viper), ular bangkai laut ini memiliki bisa yang berbahaya. Bisa ini disuntikkan ke tubuh korbannya melalui sepasang taring besar melengkung yang beralur di tengahnya.

Meski demikian, tidak semua gigitan ular disertai dengan pengeluaran bisa. Gigitan ‘kering’, yang bersifat refleks atau peringatan, biasanya tidak disertai bisa dan karenanya tidak membahayakan. Gigitan ‘kering’ ular ini tidak menimbulkan gejala-gejala keracunan seperti yang diuraikan di bawah.

Bisa ular ini, dan umumnya ular Crotalinae, bersifat hemotoksin, merusak sistem peredaran darah. Gigitan ular ini pada manusia menimbulkan rasa sakit yang hebat, dan kerusakan jaringan di sekitar luka gigitan.

Dalam menit-menit pertama setelah gigitan, jaringan akan membengkak dan sebagian akan berwarna merah gelap, pertanda terjadi perdarahan di bawah kulit di sekitar luka. Menyusul terjadi pembengkakan, rasa kaku dan nyeri yang meluas perlahan-lahan ke seluruh bagian anggota yang tergigit.

Rasa nyeri terasa terutama pada persendian antara luka dan jantung. Apabila tidak ditangani dengan baik, perdarahan internal dapat menyusul terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari kemudian, dan bahkan dapat membawa kematian.

Video ular bungka


Klasifikasi ilmiah

  • Kerajaan: Animalia
  • Filum: Chordata
  • Subfilum: Vertebrata
  • Kelas: Reptilia
  • Ordo: Squamata
  • Subordo: Serpentes
  • Famili: Viperidae
  • Subfamili: Crotalinae
  • Genus: Trimeresurus
  • Spesies: T. albolabris
  • Nama binomial: Trimeresurus albolabris

Kebiasaan Ular Bungka


Ular yang aktif di malam hari (nokturnal) dan tidak begitu lincah. Kerap terlihat menjalar lambat-lambat di antara ranting atau di atas lantai hutan; meskipun apabila terancam dapat pula bergerak dengan cepat dan gesit.

Menyukai hutan bambu dan belukar yang tidak jauh dari sungai, ular bangkai laut sering didapati berdiam di antara daun-daun dan ranting semak atau pohon kecil sampai dengan 3 m di atas tanah. Tidak jarang pula ditemukan di kebun dan pekarangan di dekat rumah.

Mangsa ular ini terutama adalah kodok, burung dan mamalia kecil; juga kadal. Perburuannya dalam gelap malam amat dibantu oleh indra penghidu bahang (panas) tubuh yang terletak pada dekik pipinya.

Pada siang hari ular ini menjadi lembam, dan tidur bergulung di cabang pohon, semak atau kerimbunan ranting bambu. Sering pula ditemukan ular-ular yang kesiangan dan lalu tidur sekenanya di dekat pemukiman orang, seperti di tumpukan kayu atau di sudut para-para di belakang rumah.

Ular bangkai laut bersifat ovovivipar, yakni telur-telurnya menetas semasa masih di dalam perut dan keluar sebagai anak-anak ular, sehingga seakan-akan melahirkan.

Anaknya dapat mencapai lebih dari 25 ekor sekali ‘bersalin’ (David and Vogel, 1997). Anak-anak ular ini turun ke lantai hutan dan vegetasi bawah untuk memburu kodok yang menjadi makanannya.

Wilayah penyebaran ular bungka

Sejauh ini dikenal tiga anak jenis T. albolabris (David and Vogel, 1997), yakni:
  1. T.a. albolabris (Gray, 1842), menyebar di India utara (Assam), Kep. Nikobar, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Tiongkok selatan, Hong Kong, Semenanjung Malaya, Sumatra,, Sulawesi, Jawa, Madura dan Borneo (?, masih diragukan). Stuebing dan Inger, 1999, pun tidak mencantumkan ular ini dalam bukunya.
  2. T.a. insularis Kramer 1977, menyebar di Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Flores, Sumba, Roti, Timor, Kisar, Alor, Wetar dan pulau-pulau di sekitarnya. Anak jenis ini sudah dipisah menjadi jenis tersendiri, yakni Trimeresurus insularis.
  3. T.a. septentrionalis Kramer 1977, menyebar di Bangladesh, India dan Nepal. Beberapa ahli, misalnya Giannasi dkk (2001), menganggapnya sebagai spesies tersendiri, yakni Trimeresurus septentrionalis.

Sumber: Wikipedia

Search Keyword : ular bungka,ular bungka laut,bungka,ular kopi,oray bungka,oray majapait,ula bangka-laut,ula gadung luwuk,ulah sanggit,Sawa tarihu,Trimeresurus albolabris,viper,viper snake,green snake,albolabris,septentrionalis,insularis,bisa ular bungka,white-lipped tree viper,white-lipped pit-viper,viper hijau,ular hijau,gigitan ular bungka,racun ular bungka,foto ular bungka,video ular bungka,bungka hijau,obati bisa ular,cara hadapi ular bungka,ular bandotan,serangan ular bungka,mangsa ular bungka,habitat ular bungka,darah ular bungka,