Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kolektivitas Agribisnis Kopi di Desa Pusakamulya (1). Kolektiva dan Individualita

Agribisnis kopi di Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta. Gambar: Petani kopi sedang melaksanakan pelatihan budidaya kopi bersama Haji Aleh, pelatih agribisnis kopi dari Pangalengan, Kabupaten Bandung
Haji Aleh (kanan) dan petani kopi Desa Pusakamulya
BARMOEL NEWS, Pusakamulya, 6 Januari 2020 – Kita akan dengan mudah menemukan apa itu kolektivitas dalam sebuah teori kelembagaan dibandingkan dalam dunia nyata.

Menemukan dan terlibat didalam kolektivitas agribisnis merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa.

Ini memang belum selesai, tapi baru tahap awal dari sebuah usaha pertanian kopi skala desa.

Tapi kolektivitas tersebut telah terasa, mungkin situasi akan berubah, kemudian kolektivitas akan tergerus oleh individualita. Bisa jadi.

Kolektiva vs Individualita

Kolektivitas yang saya maksud mungkin tidak tepat atau bukan istilah resmi, tapi istilah yang saya dapat dari sebuah foto copy-an makalah atau apalah saya lupa.

Tulisan tersebut berjudul ‘Kolektiva vs Individualita’.

Jika pun salah, mohon Pembaca maklumi! Dan jika berkenan untuk memberikan kritik-saran dan masukan melalui kolom komentar.

Agar tulisan saya yang didasarkan pada ingatan ‘bawah sadar’ ini bisa menjadi benar.

Karena saya temukan dan baca tulisan tersebut saat kuliah, kira-kira tahun 2002 sampai 2005.

Jadi sudah 17 tahun yang lalu. Cukup lama bukan?

Semoga maksud dari tulisan tersebut bisa tersampaikan.

Adapun tema utamanya seingat saya adalah tentang koperasi dan sejarahnya.

Kolektivitas

Kolektiva atau saya sebut saja kolektivitas adalah kebersamaan sebuah kumpulan individu untuk mewujudkan kepentingan dan tujuan bersama.

Dengan kolektivitas, masing-masing individu bekerja sama, tetapi bisa saja proses pengerjaan tidak dalam waktu bersamaan.

Setiap individu yang bekerja sama, memiliki potensi dan keterampilan yang berbeda.

Kemudian segala potensi dan keterampilan tersebut dicurahkan untuk kepentingan bersama.

Individualitas

Berbeda dengan kolektivitas, individualita bekerja dan mencurahkan segala potensi serta keterampilan yang dimiliki untuk tujuan dan kepentingan diri sendiri.

Mana yang lebih baik, individualita atau kolektiva?

Tidak ada yang salah dengan individualita menurut saya, tergantung kepentingan dan tujuan. Selama tidak merugikan pihak lain.

Karena pada dasarnya, setiap individu berbeda-beda dalam memilih cara untuk mencapai sebuah pencapaian.

Ada yang harus selalu bersama-sama dengan individu lain (bekerja sama).

Tetapi ada juga individu yang memang tidak bisa bekerja bersama individu lain, yang seperti ini sering saya sebut dengan istilah ‘single fighter’.

Tipe individu yang single fighter cenderung bekerja dengan cepat, bertanggung jawab penuh dengan segala resiko serta profesional.

Maksud profesional disini, jika ia harus melibatkan individu lain, maka akan dihitung upahnya dalam bentuk apapun.

Karena individu yang ia ajak bekerja, ia anggap sebagai pekerja yang harus diupah.

Maka, selanjutnya jika tujuan dicapai, atau katakanlah jika bisnisnya menghasilkan keuntungan, keuntungan tersebut 100% adalah haknya.

Individualita juga memiliki kelebihan dalam hal pengambilan keputusan, tidak memerlukan banyak diskusi dan musyawarah.

Sajauh ini, individualita lebih banyak memiliki sisi positif daripada kolektiva. Tetapi kita lihat bahasan selanjutnya.

***
Sayang sekali, karena keterbatasan waktu. Tulisan ini harus diakhiri sementara. Nanti disambung kembali.

Idealnya tulisan ini disimpan dulu, diselesaikan, baru kemudian diirim ke redaksi Blog Barmoel News.

Tetapi karena seringkali tulisan terbengkalai tanpa selesai, maka untuk saat ini lebih baik dikirim dulu seadanya.

Nanti mungkin bisa minta redaksi untuk mengedit tulisan ini.

Jika saja ini sebuah buku, maka tulisan pertama ini belum cukup untuk sekadar ‘Prakata’.

Masih sangat jauh dari bab ‘pembahasan’ (*)