Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Preman pensiun, hasilkan 15 juta sehari dari lahan 3000 meter doang!

Bagas Suratman, mantan preman sukses bertani


Barmoel - Berbicara mengenai mata pencaharian, menjadi seorang petani nampaknya masih sedikit diminati oleh sebagian orang, apalagi menjadi petani di salah satu kota besar.

Namun, hal berbeda justru dilakukan oleh Bagas Suratman yang saat ini dijuluki 'Petani Kota'.

Dibandingkan dengan melakukan pekerjaan yang umum dilakukan banyak orang, ia lebih memilih bertani di Kota Tangerang.

Sebelum sukses menjadi petani, Bagas bercerita tentang lika-liku hidupnya yang pernah menjejali berbagai jenis pekerjaan.

"Sebenarnya sih pekerjaan apapun udah kita jalani. Ya kayak buruh pabrik cat, kenek metromini, pedagang buah, sampe salesman panci. Apapun pekerjaan sampai kuli bangunan udah kita jalani semua, endingnya kurang bagus," ujarnya.

Tak hanya bekerja serabutan, Bagas juga mengaku bahwa dirinya dulu sempat kecanduan judi dan minuman keras.

Namun, berkat seorang temannya, ia menyadari bahwa untuk main judi butuh sebuah taktik yang licik.

"Dulu saya pernah ngalamin mabuk sama judi. Judi tuh bener-bener udah parah, judi kartu. Tapi sekarang udah enggak Alhamdulillah. Karena sejarah nggak ada orang judi itu kaya. saya bisa berhenti total judi itu kenal sama seseorang di kalangan judi juga. Katanya Mas Bagas mau judi apapun kalau nggak licik nggak akan menang," jelasnya.

Dari situlah akhirnya bagas mencoba untuk bertani dengan bermodal lahan 3.000 meter tanah untuk menanam kangkung.

Hingga sekarang, ia telah sukses bertani di lahan seluas 12 hektare di Tangerang.

Adapun saat ini selain menanam kangkung, bayam, dan ketela, Bagas juga mulai menanam buah-buahan seperti cabai dan melon.

"Kita pulang (kerja) tuh jalan kaki ngeliat pertanian yang di Angkasa Pura banyak lahan-lahan orang pada tani. Kita iseng tuh nanya cara budi daya pasarnya ke mana. Nah, kebetulan keluarga saya tuh pedagang sayuran bayam, kangkung. Wah, kata saya nyambung nih, terus cobalah kita belajar dari situ," katanya.

Selain niat dan ketekunan, Bagas mengaku bahwa kejujuran juga merupakan hal penting dalam melakukan sesuatu. Pasalnya, ibunya selalu mengajarkan untuk selalu jujur dalam melakukan segala hal.

"Biarpun saya orang susah, saya diajarkan sama ibu untuk selalu jujur. Kalau jujur itu bakalan mujur, tapi kalau nggak jujur bakalan hancur. Sekarang gini aja, mendapatkan hasil dengan jerih payah sendiri kalau itu halal insyaallah kan berkah," imbuhnya.

Selain di Tangerang, Bagas berencana mengembangkan bisnis pertaniannya di kota-kota besar lainnya.

Penasaran dengan cerita inspiratif sang Petani Kota ini? Semuanya bisa Anda saksikan dalam acara Blusukan Butet Kartaredjasa: Petani Kota di Mola TV.

Omzet 15 juta per hari!


Bagas Suratman, mantan preman ini, kini menjadi petani sukses dan bisa mendapat omzet Rp 15 juta per hari.

Meski tidak memiliki latar belakang di bidang pertanian, ia mampu mendirikan Agribisnis secara otodidak.

Tokoh-tokoh di dalam profil orang sukses bukan hanya dikenal karena kekayaan yang mereka miliki, tapi juga karena kebaikan yang mereka miliki terhadap sesama. Adapun kebaikan terkadang datang dari apa yang tidak terduga.

Bagas Suratman merupakan seorang petani yang berasal dari Kecamatan Teluk Naga, Tangerang, Banten.

Dengan agribisnis yang ia miliki, ia memberikan kesempatan kepada pengangguran, mantan preman, dan warga sekitar untuk belajar dan bekerja di bidang pertanian.

Tindakan mulia ini berbanding terbalik dengan masa lalu Bagas yang di mana ia pernah menjadi seorang preman dan memiliki kebiasaan berjudi serta mabuk-mabukan.

Usaha Bagas untuk menyambung hidup saat itu tidak lepas dari pekerjaan yang terbilang keras dan melelahkan. Ia pernah menjadi kenek metro mini, buruh pabrik, dan menjadi seorang porter.

Titik balik Bagas hingga bisa menjadi seorang pengusaha adalah ketika ia merasa harus merubah sesuatu di dalam hidupnya di saat dirinya sudah berkeluarga.

Selain itu, ia juga terinspirasi dari kegiatan petani yang ia lihat saban hari di dekat kontrakannya.

Sempat ia berjualan sayur mayur di pasar. Namun, harga dari sayur mayur tersebut cukup mahal dan karena itu ia memilih untuk menanam sayur mayur itu sendiri.

Langkah pertama yang ia Bagas ambil di dunia bisnis dimulai pada tahun 2004. Ia menyewa tanah berukuran 3000 m2 yang tidak jauh dari kawasan bandara internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Meskipun sebelumnya tangan Bagas tidak mengenal pertanian, keinginan Bagas untuk membuka lahan pertanian sendiri tidaklah surut. Ia memulai budidaya sayur dan buah secara otodidak.

Bagas tidak memikirkan keuntungan saat pertama kali membangun kebunnya sendiri. Ia hanya ingin menyediakan lapangan pekerjaan bagi pengangguran.

Syarat untuk bekerja di kebun milik Bagas terbilang unik. Orang-orang yang ingin bekerja di kebunnya haruslah mau bekerja keras dan berhenti meminum minuman keras.

Hingga tahun 2019, Bagas mampu mempekerjakan sekitar 26 orang petani yang difokuskan untuk mengelola kebun dan sekitar 15 orang di bagian pengemasan.

Kurang lebih selama 15 tahun Bagas bergelut dengan nasib di kebun miliknya sendiri. sebagaimana nasib, terkadang tidak selalu berjalan dengan mulus.

Kebunnya pernah dihantam oleh banjir pada tahun 2007. Padahal, sehari setelahnya adalah waktu panen. Ia juga pernah mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.

Seiring berjalannya waktu, bisnis yang dimiliki oleh Bagas membuahkan hasil. Lahan yang awalnya hanya seluas 3000 meter pada tahun 2019 menjadi 26 hektar.

Lahan seluas itu ia tanami berbagai macam sayur mayur seperti kangkung, bayam, bayam merah, caisim, pakcoy, tomat, cabai, dan lain-lain. Adapun buah yang ia tanam adalah melon dan butternut.

Dalam sehari, kebun yang dikelola oleh Bagas dan karyawan-karyawannya bisa menghasilkan 1,5 ton hingga 2 ton sayur.

Semua hasil panen disalurkan ke pasar tradisional dan pasar retail melalui puluhan mitra yang ia miliki.

Keuntungan yang didapat dalam sehari itu bisa mencapai Rp 15 juta. Meski begitu, bukan hanya materi yang ia hasilkan dari karirnya sebagai petani. Bagas juga menghasilkan ilmu untuk orang banyak.

Bagas mampu mencetak petani-petani baru yang sebelumnya adalah karyawan-karyawannya.

Ilmu yang diajarkan seperti bagaimana cara membajak, menanam hingga merapikan lahan membuat karyawan-karyawannya mampu untuk mandiri dan memulai lahan pertanian mereka sendiri

Meski hanya memiliki ijazah STM, orang-orang mendatangi Bagas untuk melihat bagaimana ia mengelola bisnisnya, mulai dari orang biasa, bupati hingga Kementerian Pertanian.

Bagas membuktikan bahwa seseorang yang memiliki masa lalu kelam dapat berubah. Ia bukan hanya menanam sayur dan buah, tetapi menanam kebaikan yang hasilnya bisa dipetik oleh siapa saja. (*)

Sumber:

https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/profil-orang-sukses/bagas-suratman-mantan-preman-yang-jadi-petani-beromzet-rp-15-juta-per-hari-1tNH3voWuVA

https://news.detik.com/berita/d-4990412/kisah-sukses-mantan-buruh-serabutan-yang-kini-dijuluki-petani-kota